Pendakian Binaiya, Gunung tertinggi Maluku di Pulau Seram.

Binaiya, Jejak Mistik dan Nyali Petualang

1,782

Catatan: Rifal Hatapayo (Jurnalis Katamaluku.com)

MEMASUKI pekan ke dua sejak dinyatakan hilang pada 26 April 2025 dalam pendakaian, Firdaus Fauizi Ahmad (27) , pendaki asal Jawa Barat belum juga ditemukan. Rangkaian pencarian dengan melibatkan institusi Balai Taman Nasional Manusela, Badan SAR dan relawan dari berbagai elemen pecinta alam di Maluku telah menyisir sebagian besar 'badan' Binaiya, namun, sang Pendaki belum juga ditemukan.

Terakhir, jejak Firdaus terendus di Sungai Yahe, bagian lembah Binaiya ketika para resscue menemukan bungkus Rokok merek Dunhill yang diyakini milik pendaki. 

Binaiya terletak di koordinat 3°10'24"S129°27'18"E Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Gunung Binaiya menjadi Gunung dengan ketinggian 3.027 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL) dan masuk dalam jajaran Seven Summit (Gunung Tertinggi) di Indonesia.

Kepala Balai Taman Nasional Manusela, Deny Rahadi mengaku, harus menghentikan agenda pencarian Firdaus Ahmad Fauzi  sesuai SOP.

"Pencarian harus dihentikan atau ditutup sesuai SOP. Basarnas, dan Balai kan pencarian sudah dilaksanakan selama 7 hari dan tidak ada tanda-tanda korban ditemukan dalam penghentian itu banyak pertimbangan dalam menentukan masa pencarian yang dituangkan dalam SOP," akui Kepala BTN, kemarin melalui pesan WhatsApp.

Deni menambahkan, tim cukup lelah, melakukan pencariam secara marathon selama sepekan lebih. Selain faktor fisik, kondisi keterbatasan personil, medan pada punggung, lereng dan lembah Binaiya begitu ekstrem. 

"Sebagaimana yang kita ketahui kita kendala untuk sumberdaya/personil yang sudah dipastikan sangat lelah selama 8 hari pencarian dan medan Binaiya yang cukup berat," terang Deni.

Dengan segala kecangihan dan perhitungan Navigasi moderen 'misteri' Binaiya tak dapat ditembus. Firdaus masih berselimut kabut. Jejak mistik masih diyakini dan melekat pada seluruh aktivitas antropolog masyarakat yang meyakini eksistensi mistik di Binaiya.

"Pencarian dengan pendekatan ritual/adat disertakan, masyarakat setempat mempercayai hal itu. Kita harus menggunakan pendekatan mistik dalam pencarian korban," terang dia.

Medan dan Cuaca Binaiya

Sofian Abdullah, tim resscue BTN Manusela harus menghentikan langkah kaki menyusuri lereng dan perbuktikan untuk mencari Ahmad Fauzi. Sofian mengalami cidera, setelah 8 hari berjibaku dengan beratnya medan dan cuaca Binaiya.

"Cuaca di pengunungan Binaiya menurut tim Basarnas kurang mendukung dan menyulitkan tim, bahkan tim kami dari Balai Taman Nasional Manusela saudara Sofian Abdullah mengalami cendera berat saat pencarian sehingga perlu evakuasi serta kami keterbatasan sumberdaya yang lain terkait logistik," 

"Binaiya bukan sembarang gunung, masyarakat lokal percaya ada hal mistis, sebagai petugas maupun pendaki yang ingin naik harus melalui upacara adat atau ritual adat, satu rangkaian untuk melengkapi upaya pencarian yang merupakan bagian dari ikhtiar," jelas Dani.

Binaiya memiliki jejak mistik yang sampai saat ini ditapaki dalam perjalanan spritual masyarakat dibawah kaki gunung yang dijuluki sebagai atap Maluku.

"Masyarakat adat disana menganggap Binaiya adalah ritus. Dan,  setiap perjalanan yang di lakukan disana adalah bagian dari upaya perjalanan spiritual," beber dia.

Mantan Ketua Umum Mahasiswa IAIN Pecinta Alam (MAHIPALA) Ambon periode 2021-2022, Pemi Lamasono sudah delapan (8) kali melakukan pendaikan ke Binaiya. Dia mengaku, selama pendakian, prosesi adat harus dilalui. Doa dan mantera harua dilapadzkan ke langit, meminta para ruh dan penjaga alam Binaiya ikut menjaga perjalanan para pendaki.

"Kalu upacara adat tidak di lakukan maka pendakian tidak di ijinkan. Karna upacara adat merupakan salah satu syarat utama yang harus dilakukan setiap pendakian Gunung Binaiya," kata Pemi.

Dirinya menjelaskan, rute (jalur) pendakian Binaiya bisa dilalui dari Arah Selatan (Kecamatan Tehoru) maupun Utara (Kecamatan Seram Utara). Dua jalur itu, memiliki medan yang sama-sama berat, namun, meski begitu, para petualang harus tetap mematui kaedah dan keyakinan masyarakat setempat. 

"Baik pendakian dari jalur Utara maupun Selatan pulau seram tetap ada rangkaian adat yang harus di ikuti, jika para pendaki tidak menghargai rangkaian beserta tatanan adat maka resiko bisa berbagai macam di antarnya kecelakaan, baik fisik maupun non fisik seperti nyaasaar misalnya, bahkan di tahun 2018 saya sendiri pernah mengalami hal itu, sewaktu melakukan pendakian dari jalur Utara," ujar dia.

Lamasano menambahkan, Gunung Binaiya bukan gunung biasa. Binaiya adalah Gunung yang dikeramatkan masyarakat. Beberapa ritus atau artefak kuno, jenis bebatuan yang memiliki makna mistik dan berada disekita jalur pendakian yang dapat dijumpai para pecinta petualangan alam bebas.  

"Binaiya itu gunung yang mistik karna di anggap keramat bagi warga lokal. Pendakian ke Binaiya itu bagian dari perjalanan spiritual, untuk ke sana lebih baik siapkan fisik dan mental yang lebih utama hargai setiap tatanan adat setempat," pangkasnya.

Landskap Binaiya, memperhadapkan pendaki dengan medan terjal dan berbatu. Pada sisi lain, masih terjaga hutan hujan yang lebat. Jalur Utara, pendakian dimulai dari Negeri Huaulu, sebuah negeri Adat di Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Jalur Selatan, awal pendakian melalui Negeri Peliana,  negeri yang akrab disapa dengan (Negeri Atas Awan) di Seram Selatan, Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah.

Pendakian Gunung Binaiya baik melewati jalur Selatan maupun Utara, membutuhkan mentalitas dan nyali yang kuat. Proses pendakian dimulai dari titik nol. Tak ada sarana yang membantu para pendaki, selain menggunakan porter untuk mengangkut logistik dan barang bawaan selama pendakian.

Ian, salah satu pegiat olah raga alam terbuka, sekaligus anggota Komunitas Pecinta Alam di Maluku, mengaku sudan sering melakukan pendakian Binaya. Meski telah menjelajahi alam pulau Seram itu, Ian menekankan pentingnya pesiapan fisik dan mental pendaki.

"Untuk sampai ke Puncak Binaiya, kita dituntut untuk menyiapkan mental dan fisik. Binaiya menjadi gunung yang menantang nyali para pendaki," tekan Ian.

Ian mengaku, bisa seminggu perjalanan naik dan turun Binaiya. Jalur hiking Binaiya rute Selatan, dimulai dari Piliana (Desa adat), kemudian Yametala, Aimoto, High Camp, Isilali, Puncak Bintang, Nasapeha, Waifuku dan Puncak. 

"Setiap pos tracking di Binaiya medannya beda-beda. Misalnya di puncak bintang, jalurnya melepir. Bebatuan jenis kars membuat tumpuan kaki pendaki sakit, bisa sampai resiko cidera. Memang, butuh nyali ke Binaiya," terang dia.

Selain medan yang berat, Bianiya dikenal dengan cuaca paling ekstream. Dengan punggung gunung yang terbuka, membuat angin pada ketinggian diatar 1500-200 MDPL begitu kuat. Selain angin yang bergerak kuat, kabut Binaiya sangat tebal. Pendaki, harus berhenti jika angin bertiup kencang diikuti dengan kabut tebal. Karena jalur pendakian yang sempit, disisi kanan kiri jurang yang begitu tajam.

"Bagi yang pernah menyentuh atap Maluku, pasti tahu bagimana kondisi cuaca. Angin kencang dan kabut tebal. Ketinggian yang membuat oksigen menipis, kondisi cuaca lembab membuat kondisi dingin yang cepat menyelimuti pendaki," papar dia.

Jalur hiking Utara, harus melewati Desa adat, Huaolu, Roho, Waisamata, Kanikeh, Waihuh. Dari Jalur Selatan maupun Utara, butuh 6-7 hari untuk naik-turun Binaiya. 

"Jalur berat, butuh banyak waktu. Untuk naik, jika yang sudah terbisa bisa 3-4 hari, dan turun bisa 2-3 hari, tapi bagi pemula pendakian Binaya, perjalanan ke puncak menjadi sesuatu yang sangat berat," terangnya.

Manajemen perjalanan dan menghitung setiap resiko, memahami sendi dan tradisi keyakinan masyakat lokal sangat penting menjadi pengetahuan dalam pendakian Bianiya.

Antroposentris Binaiya

Mistisisme (termasuk Agama) dimata Emile Durkheim, Sosiolog Klasik abad 19, disebut memiliki  fungsi mempersatukan masyarakat melalui ritual dan simbol bersama. Satu fakta sosial yang bisa menjadi alat kohesi sosial, terutama dalam komunitas tradisional yang masih mempertahankan ritual-ritual spiritual. 

Konteks masyatakat sosial, kerap melibatkan dimensi 'mistikal' sesuatu yang immeter. Tak dapat dijelajahi secara fisikal.

"Mistik yang Dia kerjakan itu merupakan cara mendekatkan Diri kepada sesuatu yang di anggap superioritas sebab kenapa dilakukan Ia diyakini sebagai sesuatu yang punya kekuatan," jelas M.Syafien Soulisa, Sosiolog IAIN Ambon.

Menurutnya, semua manusia berada pada kondisi itu (mistik), jika menggunakan pendekatan Tasawuf, perenungan (kontempelasi) dan meditasi menjadi bagian tak terpisahkan bagi setiap orang atau komunitas sosial.

"Siapapun dia, pastinya percaya akan hal itu, entah nanti hal itu akan mengarah ke Tuhan yang diyakini atau pada kondisi alam yang dia tinggal," sebut Safien.

Didalam ajaran Islam, lanjut Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin dan Dakwah itu,  kewajiban melaksanakan sholat dan puasa, sebab meyakini bahwa ada sesuatu yang transeden lebih dominan dari manusia, yakni Allah SWT.

"Dalam Islam kita mengerjakan sholat dan puasa, karena kita percaya Allah SWT lebih dominan. Dan, itu luar biasa di situ, begitu juga masyarakat-masyarakat lokal mereka melakukan itu sebab mereka meyakini ada kekuatan gaib yang patut di hargai, di yakini, dan di hormati," ucap dia.

Soulisa menjelaskan, manusia harus meyakini jika alam memiliki kekuatan tersembunyi. Dan, ada kehidupan yang lain di alam semesta ini.

"Misalkan dulu sempat terjadi di Negeri Hila, terkait orang hilang itu seingat saya waktu masih berada di Hila, orang hilang kurang lebih satu minggu dan ritual di lakukan dengan pendekatan Islam dengan cara adzan, komat, yasinan dan pada akhirnya orang terkait ditemukan. Ritual itu dilakukan untuk meminta petunjuk kepada kepada ALlah SWT," contohnya. 

Dirinya menambahkan, ilmu sains belum terlalu bisa untuk menjawab dan menjelaskan kejadian seperti ini.

"Seharusnya sains bisa menjawab Isra Mi'raj yang dilakukan Rasulullah SAW, kan belum tentu sains bisa menjabarkan itu, bisa saja orang menyampaikan Rasulullah telah melakukan perjalanan mistik dan kita wajib untuk mempercayai itu. Dan, sains belum terlalu bisa menyimpulkan hal-hal semacam itu. Intinya harus menghargai apa yang telah menjadi kepercayaan masyarakat lokal setempat," ujar dia.

Penulis Buku Beta HMI, Sejarah Gerakan dan Aksi HMI di Ambon (1957-2007), itu menuturkan, ritual menjadi kegiatan yang dilakukan manusia dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan, rasa takut, meningkatkan rasa kebersamaan dalam kehidupan.

"Dalam Islam hal seperti itu disebut tawasul, sesuatu yang dilakukan untuk mencapai hal yang lebih tinggi. Misalkan, tawasul dengan menggunakan nama para anbiyah, nama Rasul SAW untuk mencapai ALLAH SWT, menggunakan nama leluhur untuk mencapai tujuan kita yang maha gaib. Tasawul sebagai alat yang di gunakan untuk mencapai tujuan, dan yang dilakukan masyarakat lokal, di Peliana itu bagian dari kecemasan makanya dilakukanlah ritual, dengan kepercayaan kepada leluhur," tegasnya.

Safin menambahkan, pandangan leluhur jika menggunakan pendekatan ilmu Kalam, maka kenal dengan animisme, dinamisme dan sinkretisme/penggabungan. 

"Walaupun kita sudah berbeda agama tapi ritual-ritual leluhur itu tidak hilang misalkan, tahlil, bakar kemenyan, ziarah kubur. Itu merupakan kombinasi antara Islam dan leluhur, kalau dalam pendekan sebagian orang itu menggap kita sirik tapi dalam kehidupan kebangsaan kita juga melakukan hal itu, semisal mengenang hari-hari besar kebangsaan, mengenang pahlawan nasional itu bagian dan bentuk dari menghargai leluhur, ritual itu tanpa kita sadari dia melekat dalam kehidupan keseharian kita, karena kita menganggap ada sesuatu yang memiliki kekuatan besar di luar kehidupan kita," sebut dia.

Faris Fadli Sanduan, mantan Ketua Prodi Antropologi di Universitas Internasional Papua (2022-2025(  menegaskan, ritual adat merupakan serangkaian upacara yang berkait erat dengan kehidupan spiritual dan kepercayaan, seperti pemujaan terhadap leluhur atau persembahan kepada roh-roh atau dewa.

"Dalam studi antropologi mistik/ritual adat dilihat sebagai salah satu bagian dari unsur-unsur budaya, atau lebih dikenal dengan sebutan sistem religi atau sistem agama kepercayaan. Semua manusia dalam hal ini kelompok-kelompok sosial atau komunitas adat memiliki sistem religi atau kepercayaan," tegas Faris. 

Kepercayaan, lanjut Faris dalam pendekatan para antropolog bekaitan dengan hal gaib. Bukan hanya, ajaran agama yang dianut mayoritas, (Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu).

Alumni Universitas Hasanuddin Makassar itu menjelaskan, ritual adat menjadi pengingat. Pemberi pesan dan upaya integrasi matterial dan immeter. Kata Faris, ada konsekuensi bagi yang melanggar ritual adat. 

"Manusia percaya dan sadar akan hal itu, bahwa ada kekuatan yang lebih besar diluar dari kemampuan mereka yang hidup bersama mereka meski berbeda alam yang bisa saja memusnahkan mereka. Sehingga manusia melakukan praktik-praktik seperti upacara/ritual, pemberian sesajen, semua itu dilakukan agar mereka tidak diganggu oleh hal-hal gaib tadi,"ungkap dia.

Dirinya menjelaskan, Dalam antropologi itu disebut sebagai sinkritisme yakin penyatuan antara agama dan adat, sehingga ritual adat itu perlu dihargai dan di yakini.

"Penyatuan antara adat dan agama dalam antropologi disebut sinkritisme. Di nusantara, agama-agama besar seperti Islam jauh sebelum itu masyarakat sudah punya agama lokal yang dianut dan dipraktekkan selama ratusan tahun sehingga sulit dihilangkan dan masuknya agama Abrahamis hanya menyesuaikan dengan kondisi budaya dari masyarakat tersebut," jela Faris.

Dian mencontohkan, di Papua, suku-suku memeluk agama Islam maupun Kristen tapi sebelum memasuki bulan suci Ramdhan, kelompok masyarakat Papua yang sudah memeluk Islam tetap melakukan tradisi bakar batu, begitu juga dengan yang beragama Kristen dalam peresmian gereja,  mereka juga melakukan tradisi yang sama. 

Faris mengurai bahwa, masyarakat Lokal menganggap Binaiya adalah gunung yang yang mistis, gunung yang banyak mengandung cerita-cerita akan perjalanan spiritual, yang mengharuskan setiap orang menghargainya.

"Menghargai kebudayaan orang lain itu perlu. Karena tidak ada Kebudayaan yang jelek, kebudayaan itu baik Dimata pemilik kebudayaan, perlu saya tegaskan masyarakat lokal selalu menggap gunung Binaiya merupakan ritus bagi warga lokal. Ke Binaiya, bukan saja perjalanan biasa tapi dinilai sebuah perjalanan pencapaian tujuan spiritual," tutup dia.

Pendaki Binaiya diharsukan masuk dalam dimensi mistik. Ketika para tetua adat di Piliani membuka 'pintu mistik' Binaiya dengan ritual adat, maka, yang datang harus kembali. (*)